Beranda | Artikel
Inginkah Anda Menjadi Orang yang Ikhlas?
Kamis, 11 November 2021

Edisi 1807

Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats-Tsauri pernah berkata, “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah.”

Niat yang baik atau keikhlasan merupakan sebuah perkara yang sulit untuk dilakukan. Hal ini karena seringnya hati kita berbolak-balik. Terkadang ia ikhlas, di lain waktu tidak. Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, ikhlas merupakan suatu hal yang harus ada dalam setiap amal kebaikan kita.

Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?

Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya kecuali jika ia bertaubat darinya.

Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa dibawah kesyirikan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (Q.S. An Nisa : 48).

Bagaimana agar aku ikhlas ?

Setan akan senantiasa menggoda dan merusak amal-amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba. Seorang hamba akan terus berusaha untuk melawan iblis dan bala tentaranya hingga ia bertemu dengan Tuhannya kelak dalam keadaan beriman dan mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata. Berikut di antaranya.

Banyak berdoa

Di antara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah. Lihatlah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa,

Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (H.R. Ahmad, shahih).

Menyembunyikan amal kebaikan

Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Yakni dia menyembunyikan amal-amal kebaikan yang disyariatkan dan lebih utama untuk disembunyikan (seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain).

Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain lebih diharapkan amal tersebut ikhlas, karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut kecuali hanya karena Allah semata.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan masjid,

dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’,

seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (H.R. Bukhari & Muslim).

Apabila kita perhatikan hadits tersebut, kita dapatkan bahwa di antara sifat orang-orang yang akan Allah naungi kelak di hari kiamat adalah orang-orang yang melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain.

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik shalat yang dilakukan oleh seseorang adalah shalat yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib.” (H.R. Bukhari & Muslim).

Rasulullah menyatakan bahwa sebaik-baik shalat adalah shalat yang dilakukan di rumah kecuali shalat wajib, karena hal ini lebih melatih dan mendorong seseorang untuk ikhlas. Seseorang yang betul-betul jujur dalam keikhlasannya akan suka menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekannya.

Memandang rendah amal kebaikan

Hal ini dapat mendorong kita untuk lebih mengikhlashkan amalan kita. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, yang mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan.

Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang ia lakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut, bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia.

Takut jika amalnya tidak diterima

Allah berfirman (yang artinya), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (Q.S. Al Mu’minun: 60).

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal  tersebut (Tafsir Ibnu Katsir).

Hal semakna juga telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha ketika beliau bertanya kepada Rasulullah tentang makna ayat di atas.

Ummul Mukminin ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan ayat, ‘Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka’ adalah orang yang mencuri, berzina, dan meminum khamr kemudian ia takut terhadap Allah?”.

Maka Rasulullah pun menjawab, ‘Tidak, wahai putri Abu Bakar Ash Shiddiq, yang dimaksud dengan ayat itu adalah mereka yang shalat, puasa, bersedekah namun mereka takut tidak diterima oleh Allah’.” (H.R. Tirmidzi dengan sanad shahih).

Tidak terpengaruh oleh perkataan manusia

Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang pada umumnya disenangi oleh manusia. Bahkan Rasulullah pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian ia dipuji oleh manusia karenanya, beliau menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin.” (H.R. Muslim).

Begitu pula sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada umumnya tidak disukai manusia. Namun saudaraku, janganlah engkau jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab engkau beramal saleh, karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan ikhlas.

Seorang mukmin yang ikhlas adalah seorang yang tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan manusia ketika ia beramal saleh. Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka pujian tersebut hanyalah membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada Allah. Ia pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian) baginya, sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya dari fitnah tersebut.

Ingin dicintai, namun dibenci

Saudaraku, sesungguhnya seseorang yang melakukan amalan karena ingin dipuji oleh manusia justru tidak akan mendapatkan pujian tersebut dari mereka. Bahkan sebaliknya, manusia akan mencelanya, mereka akan membencinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang memperlihat-lihatkan amalannya maka Allah akan menampakkan amalan-amalannya.” (H.R. Muslim).

Akan tetapi, apabila seseorang melakukan amalan ikhlas karena Allah, maka Allah dan para makhluk-Nya akan mencintainya sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya),

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Q.S. Maryam: 96).

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Dia akan menanamkan dalam hati hamba-hamba-Nya yang saleh kecintaan terhadap orang-orang yang beramal saleh (yaitu amalan-amalan yang dilakukan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Nabi-Nya ). (Tafsir Ibnu Katsir).

Demikian pembahasan kali ini, semoga bermanfaat bagi diri penulis dan kaum muslimin pada umumnya. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas.

Ditulis oleh Abu ‘Uzair Boris Tanesia, S.Si. (alumnus Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta), disarikan dari Sumber: https://muslim.or.id/267-inginkah-anda-menjadi-orang-yang-ikhlas.html

Dimurojaah oleh Ustaz Abu Salman B.I.S. hafizhahullah


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/inginkah-anda-menjadi-orang-yang-ikhlas/